CONTOH MAKALAH CARA PEMBUATAN TEMPE
BAB
I
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Tempemerupakan salah satu makanan
yang sering di konsumsi oleh masyarakat.Tempemerupakan salah satu produk olahan
berbasis bioteknologi. Bioteknologi merupakan bidang ilmu yang vital dan
berhubungan dengan tekhnologi pertanian. Metode ini sebenarnya telah di lakukan
sejak jaman dahulu, tetapi hal ini belum disadari oleh masyarakat umum.
- TUJUAN
Karya ilmiah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata pelajaran biologi, serta dengan tujuan agar pembaca dapat
mengerti tentang gizi yang terkandung dalam kedelai setelah diolah
menjaditempe, serta pembaca dapat mengerti cara pembuatantempekedelai dengan
baik dan benar.
Tidak lupa juga agar para siswa
mengerti tentang cara mendirikan pabrik rumahan sendiri, karena ditengah
sulitnya perekonomian saat ini menuntut semua orang untuk meciptakan lapangan
pekerjaan sendiri bukan hanya bergantung dari pekerjaan yang diberikan orang
lain kepada kita.
BAB
II
PEMBAHASAN
- CARA PEMBUATAN TEMPE
- 1. Cara Sederhana
Cara sederhana adalah cara
pembuatantempeyang biasa dilakukan oleh para pengrajintempediIndonesia. Kedelai
setelah dilakukan sortasi (untuk memilih kedelai yang baik dan bersih) dicuci
sampai bersih, kemudian direbus yang waktu perebusannya berbeda-beda tergantung
dari banyaknya kedelai dan biasanya berkisar antara 60-90 menit.
Kedelai yang telah direbus tadi
kemudian direndam semalam. Setelah perendaman, kulit kedelai dikupas dan dicuci
sampai bersih. Untuk tahap selanjutnya kedelai dapat direbus atau dikukus lagi
selama 45-60 menit, tetapi pada umumnya perebusan yang kedua ini jarang
dilakukan oleh para pengrajintempe. Kedelai setelah didinginkan dan ditiriskan
diberi larutempe, dicampur rata kemudian dibungkus dan dilakukan pemeraman
selama 36-48 jam (Gambar 20).
Kaum vegetarian di seluruh dunia
banyak yang telah menggunakantempesebagai pengganti daging. Akibatnya
sekarangtempediproduksi di banyak tempat di dunia, tidak hanya diIndonesia.
Berbagai penelitian di sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika
Serikat.
Teknik pembuatantempeini telah
dikerjakan masyarakatIndonesiakhususnya bermula dari masyarakat Jawa selama
beberapa abad yang lalu dengan prosedur pembuatannya masih sangat
sederhana. Berbagai bahan dasar yang dapat digunakan dalam pembuatantempe,
tetapi yang paling populer dan paling banyak dipergunakan adalahtempeberbahan
dasar kedelai.
Untuk memperolehtempeyang
berkualitas baik, maka kedelai yang digunakan juga harus yang berkualitas baik
dan tidak tercampur dengan biji-bijian yang lain, seperti jagung, kacang hijau
dan biji-bijian lainnya. Selain itu, prosedur pengolahan harus dilakukan dengan
cermat. Proses pembuatantempepada dasarnya adalah proses menumbuhkan spora
jamurtempe, yaitu Rhizopus sp., pada biji kedelai.
Dalam pertumbuhannya, Rhizopus sp.
membentuk benang-benang yang disebut sebagai benang hifa. Benang-benang hifa
ini mengikatkan biji kedalai yang satu dengan biji kedelai lainnya, sehingga
biji-biji kedelai ini membentuk suatumassayang kompak.Massakedelai inilah yang
selanjutnya disebut sebagaitempe.
Selama masa pertumbuhannya, jamur
Rhizopus sp. juga menghasilkan enzim yang dapat menguraikan protein yang
terdapat dalam biji kedelai, sehingga protein-protein dalam biji kedelai ini
mudah dicernakan. Selama masa pertumbuhan jamur Rhizopus sp. Selain Rhizopus,
diperkirakan banyak jenis mkiroorganisme lain yang mungkin turut campur, tetapi
tidak menunjukkan aktifitas yang nyata.
Namun demikian, aktifitas yang nyata
dari mikroorganisme yang mungkin turut campur ini akan terlihat setelah
aktifitas pertumbuhan Rhizopus sp. melampaui masa optimumnya, yakni setelah
terbentuknya spora-spora baru yang berwarna putih-kehitaman. Hal ini dapat diketahui,
terutama padatempeyang dibiarkan atau disimpan dalam suhu kamar, yaitu dengan
terciumnya bau amoniak. Adanya bau amoniak padatempemenunjukkan
bahwatempetersebut mulai mengalami pembusukan. Bau amoniak ini masih terasa
sekalipuntempetelah dimasak, sehingga dapat menurunkan cita rasa konsumen.
Oleh karena itu, agar
diperolehtempeyang berkualitas baik dan tahan agak lama, maka selama proses
pembuatantempeperlu diperhatikan mengenai sanitasi dan kemurnian bibit
(inokulum) yang akan digunakan.
- 1. Alat Dan Bahan
Alat
- Baskom
- Saringan
- Dandang
- Kipas Angin /Kipas
- Sotel kayu
- Tampah
- Kompor
- Peralatan lain yang diperlukan
Bahan
- Kacang kedelai
- Ragi tempe (inokulum RAPRIMA) atau biakan murni Rhizopus sp.
- Kantong plastik, atau daun pisang, atau daun jati.
- 2. Cara Kerja
- Cucilah tampah, ayakan, kipas dan cukil yang akan digunakan, kemudian dikeringkan.
- Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian cuci hingga bersih.
- Rendam kacang kedelai yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan air dingin biasa (proses hidrasi agar biji kedelai menyerap air sebanyak mungkin ).
- Lepaskan kulit biji kedelai yang telah lunak, kemudian cuci atau bilas dengan menggunakan air bersih.
- Kukus / rebus biji kedelai tersebut sampai empuk.
- Setelah biji kedelai terasa empuk, tuangkan biji-biji tersebut pada tampah yang telah dibersihkan, lalu diangin-angin dengan kipas/ kipas angin sambil diaduk-aduk hingga biji-biji tersebut terasa hangat.
- Taburkan ragitempe(RAPRIMA) yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk supaya merata (1,5 gram ragitempeuntuk 2 kg kedelai). 8. Siapkan kantong plastik atau daun pisang, atau daun jati untuk pembungkus. Bila kantong plastik yang digunakan sebagai pembungkus, berilah lubang-lubang kecil pada kantong tersebut dengan menggunakan lidi atau garpu.
- Masukan kedelai yang telah diberi ragitempe(RAPRIMA) ke dalam pembungkusnya, atur ketebalannya sesuai dengan selera
- Proses fermentasi63256
- kacang kedelai ini pada suhu kamar selama satu atau dua hari atau hingga seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.
Catatan:
- Perhatikan kebersihan tempat kerja dan kebersihan peralatan kerja akan meningkatkan kualitastempeyang dihasilkan.
- Suhu ruang yang lebih hangat mempercepat proses fermentasi jamur padatempe.
- 2. Cara Baru
Pada prinsipnya cara
pembuatantempedengan cara baru sama dengan cara yang lama atau tradisional dan
perbedaannya adalah terletak pada tahap pengupasan kulit kedelai. Dimana pada
cara lama (tradisional) kedelai direbus dan direndam bersama kulitnya atau
masih utuh sedangkan pada cara yang baru sebelumnya kedelai telah dikupas
kulitnya (kupas kering) dengan menggunakan alat pengupasan kedelai. Tahap-tahap
selanjutnya sama dengan cara tradisional.
Tempeyang dibuat dengan cara baru
warnanya (warna kedelai) lebih pucat bila dibandingkan dengan cara lama.ahal
ini disebabkan –karena pada cara baru kedelai direbus dan direndam dalam
keadaan sudah terkupas kulitnya sehingga ada zat-zat yang larut.
Beberapa faktor yang perlu
diperhatikan dalam pembuatantempeadalah sebagai berikut:
- Oksigen
Oksigen dibutuhkan untuk pertumbuhan
kapang. Aliran udara yang terlalu cepat menyebabkan proses metabolisme akan
berjalan cepat sehingga dihasilkan panas yang dapat merusak pertumbuhan kapang.
Oleh karena itu apabila digunakan kantong plastik sebagai bahan pembungkusnya
maka sebaiknya pada kantong tersebut diberi lubang dengan jarak antara lubang
yang satu dengan lubang lainnya sekitar 2 cm.
- Uap air
Uap air yang berlebihan akan
menghambat pertumbuhan kapang. Hal ini disebabkan karena setiap jenis kapang
mempunyai Aw optimum untuk pertumbuhannya.
- Suhu
Kapangtempedapat digolongkan kedalam
mikroba yang bersifat mesofilik, yaitu dapat tumbuh baik pada suhu ruang
(25-27oC). Oleh karena itu, maka pada waktu pemeraman, suhu ruangan tempat
pemeraman perlu diperhatikan.
- Keaktifan Laru
Laru yang disimpan pada suatu
periode tertentu akan berkurang keaktifannya. Karena itu pada pembuatan tape
sebaiknya digunakan laru yang belum terlalu lama disimpan agar dalam
pembuatantempetidak mengalami kegagalan.
Untuk membuat tempedibutuhkan
inokulum atau laru tempeatau ragi tempe. Laru tempedapat dijumpai dalam
berbagai bentuk misalnya bentuk tepung atau yang menempel pada daun waru dan
dikenal dengan nama Usar. Laru dalam bentuk tepung dibuat dengan
cara menumbuhkan spora kapang pada bahan, dikeringkan dan kemudian ditumbuk.
Bahan yang akan digunakan untuk sporulasi dapat bermacam-macam seperti tepung
terigu, beras, jagung, atau umbi-umbian.
Berdasarkan atas tingkat
kemurniannya, inokulum atau larutempedapat dibedakan atas: inokulum murni
tunggal, inokulum campuran, dan inokulum murni campuran. Adapun perbedaannya
adalah pada jenis dan banyaknya mikroba yang terdapat dan berperan dalam laru
tersebut.
Mikroba yang sering dijumpai pada
laru tempeadalah kapang jenis Rhizopus oligosporus, atau kapang
dari jenis R. oryzae. Sedangkan pada laru murni campuran selain
kapang Rhizopus oligosporus, dapat dijumpai pula kultur murni Klebsiella.
Selain bakteri Klebsiella, ada beberapa jenis bakteri yang berperan
pula dalam proses fermentasi tempe diantaranya adalah: Bacillus sp.,Lactobacillus sp., Pediococcus sp., Streptococcus sp.,
dan beberapa genus bakteri yang memproduksi vitamin B12. Adanya bakteri Bacillus sp
padatempe merupakan kontaminan, sehingga hal ini tidak diinginkan.
Pada tempeyang berbeda aslnya sering
dijumpai adanya kapang yang berbeda pula (Dwidjoseputro dan Wolf, 1970). Jenis
kapang yang terdapat pada tempeMalangadalah R. oryzae., R.
oligosporus., R. arrhizus dan Mucor rouxii.
Kapang tempe dari daerah Surakarta adalah R. oryzaei dan R.
stolonifersedangkan pada tempe Jakarta dapat dijumpai adanya kapang Mucor
javanicus.,Trichosporon pullulans., A. niger dan Fusarium sp.
Masing-masing varietas dari kapang Rhizopus berbeda reaksi
biokimianya, hal ini terutama disebabkan adanya perbedaan dari enzim yang
dihasilkan. Pektinase hanya disintesa oleh R. arrhizus dan R.
stolonifer. Sedangkan enzim amilase disintesa oleh R.
oligosporus dan R. oryzae tetapi tidak disintesa
oleh R. arrhizus.
Selama proses fermentasi, kedelai
akan mengalami perubahan baik fisik maupun kimianya. Protein kedelai dengan
adanya aktivitas proteolitik kapang akan diuraikan menjadi asan-asam amino,
sehingga nitrogen terlarutnya akan mengalami peningkatan. Dengan adanya
peningkatan dari nitrogen terlarut maka pH juga akan mengalami peningkatan.
Nilai pH untuktempeyang baik berkisar antara 6,3 sampai 6,5. Kedelai yang telah
difermentasi menjaditempeakan lebih mudah dicerna. Selama proses fermentasi
karbohidrat dan protein akan dipecah oleh kapang menjadi bagian-bagian yang
lebih mudah larut, mudah dicerna dan ternyata bau langu dari kedelai juga akan
hilang.
Kadar air kedelai pada saat sebelum
fermentasi mempengaruhi pertumbuhan kapang. Selama proses fermentasi akan
terjadi perubahan pada kadar air dimana setelah 24 jam fermentasi, kadar air
kedelai akan mengalami penurunan menjadi sekitar 61% dan setelah 40 jam
fermentasi akan meningkat lagi menjadi 64% (Sudarmaji dan Markakis, 1977).
Perubahan-perubahan lain yang
terjadi selama fermentasi tempeadalah berkurangnya kandungan oligosakarida
penyebab flatulence. Penurunan tersebut akan terus berlangsung
sampai fermentasi 72 jam.
Selama fermentasi, asam amino bebas
juga akan mengalami peningkatan dan peningkatannya akan mencapai jumlah
terbesar pada waktu fermentasi 72 jam (Murata et al., 1967). Kandungan serat
kasar dan vitamin akan meningkat pula selama fermentasi kecuali vitamin B1 atau
yang lebih dikenal dengan thiamin (Shurtleff dan Aoyagi).
- GAMBAR PEMBUATAN TEMPE
BAB
III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari makalai ini,
dapat disimpulkan bahwa pabrik rumahan atau usaha sendiri sangatlah menunjang
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, serta dapat pula menciptakan
manusia yang kreatif, cerdas, dan berusaha untuk maju, dan juga dapat
memberikan masukan kepasa pembaca untuk dapat sekiranya menciptakan lapangan
pekerjaan sendiri.
- SARAN
Bagi masyarakat luas pada umumnya
dan bagi para siswa khususnya, bahwasanya kekayaan alamIndonesiasangatlah
melimpah, untuk mencerdaskan anak bangsa serta mencukupi sebagian gizinya,
kedelai sangatlah besar manfaatnya.
Untuk itu diharapkan cara-cara yang
telah disampaikan penulis semoga dapat berguna bagi semua pembaca yang budiman.
Makalah Pembuatan Tempe
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tempe mempunyai nilai gizi
yang baik. Di samping itu tempe mempunyai beberapa khasiat, seperti dapat
mencegah dan mengendalikan diare, mempercepat proses penyembuhan duodenitis,
memperlancar pencernaan, dapat menurunkan kadar kolesterol, dapat mengurangi
toksisitas, mencegah anemia, menghambat penuaan, serta mampu menghambat resiko
jantung koroner, penyakit gula, dan kanker. Untuk membuat tempe, selain
diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan
spora mikroorganisme, dalam hal ini kapang. Dalam proses pembuatan tempe paling
sedikit diperlukan empat jenis kapang dari genus Rhizopus, yaitu Rhyzopus
oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus, dan Rhyzopus oryzae.
Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-keping biji kedelai dan
memfermentasikannya menjadi produk tempe. Proses fermentasi tersebut
menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat.
Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe sampai sembilan kali lipat.
Fermentasi dapat terjadi
karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang
sesuai. Terjadinya fermentasi ini dapat menyebabkan perubahan sifat bahan
pangan, sebagai akibat dari pemecahan kandungan-kandungan bahan pangan
tersebut.
proses fermentasi memperbanyak
jumlah mikroba dan menggiatkan metabolismenya di dalam makanan. Tetapi
jenis mikroba yang digunakan sangat terbatas yaitu disesuaikan dengan hasil
akhir yang dikehendaki.
Beberapa contoh makanan hasil
fermentasi adalah tempe yang dibuat dari kedelai Pada proses pembuatan tempe, fermentasi berlangsung
secara aerobik dan non alkoholik. Mikroorganisme yang
berperan adalah kapang (jamur), yaitu Rhizopus oryzae,
Rhizopus oligosporus, dan Rhizopus arrhizus.
B.
Tujuan Percobaan
Percobaan
ini bertujuan agar pratikan mampu menganalisis dan memahami prinsip fermentasi
yang terjadi pada kedelai hingga menjadi tempe.
C. Manfaat
Percobaan
Dengan
pengolahan kedelai menjadi tempe pastinya dapat meningkatkan sumber protein yang
penting bagi tubuh kita.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
A. Pengertian
Fermentasi
Fermentasi
bahan pangan adalah hasil kegiatan dari beberapa spesies mikroba seperti
bakteri, khamir dan kapang. Mikroba yang melakukan fermentasi dengan
memberikan hasil yang dikehendaki dapat dibedakan dari mikroba-mikroba penyebab
penyakit dan penyebab kerusakan. Mikroba fermentasi mendatangkan hasil
akhir yang dikehendaki, misalnya bakteri akan menghasilkan asam laktat, khamir
menghasilkan alkohol, kapang menghasilkan tempe (Muchtadi; 1989).
Kadang-kadang tidak digunakan kultur murni untuk fermentasi sebagai laru
(starter). Misalnya pada pembuatan tempe atau oncom digunakan hancuran
tempe dan oncom yang sudah jadi (Winarno, dkk; 1984).
B. Mikroorganisme
pada Fermentasi
Tempe
adalah sumber protein yang penting bagi pola makanan di Indonesia, terbuat dari
kedelai. Pembuatan tempe dilakukan sebagai berikut : kedelai kering
dicuci, direndam semalam pada suhu 250C esok paginya kulit
dikeluarkan dan air rendam dibuang. Kedelai lalu dimasak selama 30
menit. Sesudah itu didinginkan, ditaburkan dengan spora Rhizopus oligosporus dan Rhizopus
oryzae, ditaruh dalam panci yang dangkal dan didiamkan pada suhu 300C
selama 20 - 24 jam. Dalam waktu itu kedelai terbungkus sempurna oleh
mycelia putih dari jamur. Sekarang tempe siap untuk dikosumsi. (Wirakartakusumah,
dkk; 1992).
III. BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
A. Tempat dan
Waktu Percobaan
- Tempat
Laboratorium Biologi
Unuversitas Ahmad Dahlan
- Waktu Percobaan
Kamis, maret
2012
Pukul 09.00 WIB
B. Bahan
dan Alat Percobaan
- Bahan:
Biji kedelai dan ragi Tempe
- Alat:
Panci, kompor gas, tampah, tapisan,
sendok nasi, ember, pembungkus, jarum, serbet.
C. Cara Kerja
1. kedelai direndam
dengan air bersih selama satu hari satu malam.
2. Setelah direndam
sehari semalam dalam air rendaman, lalu kulit ari kedelai dibuang dengan cara
diremas-remas sampai biji terbelah.
3. Kedelai yang telah
dibuang kulitnya direbus lagi dengan air baru dan bersih selama ± 30 menit sampai
titik didih tercapai. Kemudian rebusan kedelai ditiriskan pada tampah
yang beralaskan koran, lalu didinginkan.
4. Setelah rebusan
kedelai dingin, taburkan bibit tempe sebanyak 0,5 gr pada 0,5 kg kedelai secara
merata dengan alat pengaduk.
5. Kedelai yang sudah
dicampur bibit tempe, dibungkus dengan plastik yang sudah ditusuk-tusuk dengan
jarum. Setelah itu disimpan
selama dua hari.
6. Pengamatan
dilakukan selama dua hari berturut-turut guna melihat proses berlangsungnya
fermentasi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Pengamatan
yang dilakukan pratikan pada dua hari berturut-turut setelah pengolahan kedelai
hingga menjadi tempe adalah sebagai berikut:
-
Pengamatan I
Kedelai yang terbungkus
masih dalam keadaan panas dan mengembun.
-
Pengamatan II
Jamur merata, tekstur rata
dan bau tempe.
B.
Pembahasan
Pada pengamatan I
keadaan bungkus kedelai dipenuhi uap air akibat panas yang masih
ditimbulkan oleh proses fermentasi jamur belum merata (masih terlihat
padatan/biji kedelai).
Pada pengamatan II
masih ada biji kedelai yang terlihat akan tetapi keadaan kedelai telah
terbungkus sempurna oleh jamur, karena padatan kedelai menempel pada
pembungkusnya maka padatan kedelai tersebut terlihat membentuk tekstur yang
rata sesuai bentuk pembungkusnya dan pastinya tercium bau yang khas dari
bungkusan kedelai tersebut yaitu bau tempe.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat
disimpulkan bahwa tempe sangat tergantung dari hasil fermentasi jenis bahan
utama/substratnya yaitu kedelai, macam mikroba yang aktif dan kondisi di
sekelilingnya yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroba tersebut,
dan hal ini dapat dikatakan bahwa pengolahan kedelai hingga menjadi tempe
sesuai dengan hasil akhir yang dikehendaki.
DAFTAR PUSTAKA
Muchtadi,T.R.
1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB
Bogor.
Setiadi.
2002. Kepekaan Terhadap Pengolahan Pangan. Pusat Dinamika Pembangunan
UNPAD, Bandung.
Winarno,F.G,
dkk. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. PT Gramedia, Jakarta.
Wirakartakusumah,
dkk. 1992. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi, IPB Bogor.
0 komentar:
Posting Komentar