Laporan Hasil Penelitian Pembuatan Tempe
KATA
PENGANTAR
Puji syukur
penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt.
Atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan hasil penelitian ini sebagaimana mestinya.
Penyelesaian laporan hasil penelitian ini menjadi salah
satu tugas dalam mata pelajaran Biologi. Oleh karena itu, penyusun laporan
hasil penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan para
pembaca tentang beberapa hal yang dibahas dalam makalah ini.
Ucapan terima kasih penulis diucapkan kepada guru pembimbing yang selalu memberi banyak
masukan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan juga kepada
teman teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, meskipun namanya
tidak dapat disebutkan oleh penulis saatu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum terbilang dalam
kata sempurna karena, keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
untuk perbaikan pada pembuatan makalah yang selanjutnya.
Akhirnya penulis sangat
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama
bagi penulis.
Bantaeng, Maret 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 3
D. Manfaat Penulisan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Kajian Pustaka 4
B. Proses Pembuatan 7
BAB III PENUTUP 10
A. Simpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tempe adalah
makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang sederhana,
tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang cukup tinggi.
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan
beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang
roti), atau Rh. arrhizus,
sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara
umum dikenal sebagai ragi tempe.
Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang
tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia
jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang
aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan
jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan
enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang
lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh
tubuh.
Tempe banyak
dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak
yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia,
tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di
sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha
mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan
tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe.
Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe
sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat
didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya
dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak
paten).
Jamur Rhizopus oryzae merupakan
jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe (Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus oryzae aman
dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat
(Purwoko dan Pamudyanti, 2004). Jamur Rhizopus
oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi
trigliserida dan asam amino (Septiani, 2004). Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu
menghasilkan protease (Margiono, 1992). Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986),
Rhizopus sp
tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6. Pada penelitian semakin lama waktu
fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH 8,4, sehinggajamur semakin
menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur. Secara umum
jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya, tetapi kebutuhan air jamur
lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH dan kadar air yang kurang
sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam bahan, juga dibutuhkan
oleh jamur.
Pada
dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur
Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh
ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih
lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih
sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan
dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe
terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah
protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana
yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak,
dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan
dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas penulis dapat merumuskan :
1. Bagaimanakah peranan
mikroorganisme Rhizopus Oryzae dalam
proses pembuatan tempe?
2. Bagaimanakah proses
pembuatan tempe?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan penulisan yang menjadi acuan penulis untuk membuat laporan hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Mengetahui bagaimana
peranan dari mikroorganisme Rhizopus
Oryzae dalam proses pembuatan tempe.
2. Mengetahui bagaimana
proses pembuatan tempe.
D. Manfaat
Penulisan
Hasil
penulisan laporaan hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik
secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, diharapkan dapat hasil penulisan
laporan hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi teori bagi penulisan
laporan hasil penelitian yang lain yang sejenis dengan judul laporan hasil
penelitian ini.
Secara
praktis, hasil penulisan makalah ini diharapkan juga dapat bermanfaat sebagai
berikut :
1) Menjadi bahan masukan
berbagai pihak dalam menganalisis peranan mikroorganisme Rhizopus Oryzae dalam proses pembuatan tempe
2) Menjadi sumber acuan
bagi masyarakat atau siapapun yang hendak melakukan penulisaan makalah dan ada
kaitannya dengan pengaruh peranan mikroorganisme Rhizopus Oryzae dalam proses pembuatan tempe serta bagaimana proses
pembuatan tempe.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian
Pustaka
1. Rhizopus oryzae dalam tempe
Tempe adalah
makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang sederhana,
tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang cukup tinggi.
Tempe adalah makanan yang dibuat dari fermentasi terhadap biji kedelai atau beberapa bahan lain yang menggunakan
beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer (kapang
roti), atau Rh. arrhizus,
sehingga membentuk padatan kompak berwarna putih. Sediaan fermentasi ini secara
umum dikenal sebagai ragi tempe.
Warna putih pada tempe disebabkan adanya miselia jamur yang
tumbuh pada permukaan biji kedelai. Tekstur kompak juga disebabkan oleh mise1ia
jamur yang menghubungkan biji-biji kedelai tersebut. Banyak sekali jamur yang
aktif selama fermentasi, tetapi umumnya para peneliti menganggap bahwa Rhizopus sp merupakan
jamur yang paling dominan. Jamur yang tumbuh pada kedelai tersebut menghasilkan
enzim-enzim yang mampu merombak senyawa organik kompleks menjadi senyawa yang
lebih sederhana sehingga senyawa tersebut dengan cepat dapat dipergunakan oleh
tubuh.
Tempe banyak
dikonsumsi di Indonesia, tetapi sekarang telah mendunia. Kaum vegetarian di seluruh dunia banyak
yang telah menggunakan tempe sebagai pengganti daging. Akibatnya sekarang tempe diproduksi di banyak tempat di dunia,
tidak hanya di Indonesia. Berbagai penelitian di
sejumlah negara, seperti Jerman, Jepang, dan Amerika Serikat. Indonesia juga sekarang berusaha
mengembangkan galur (strain) unggul Rhizopus untuk menghasilkan
tempe yang lebih cepat, berkualitas, atau memperbaiki kandungan gizi tempe.
Beberapa pihak mengkhawatirkan kegiatan ini dapat mengancam keberadaan tempe
sebagai bahan pangan milik umum karena galur-galur ragi tempe unggul dapat
didaftarkan hak patennya sehingga penggunaannya
dilindungi undang-undang (memerlukan lisensi dari pemegang hak
paten).
Jamur Rhizopus oryzae merupakan
jamur yang sering digunakan dalam pembuatan tempe (Soetrisno, 1996). Jamur Rhizopus oryzae aman
dikonsumsi karena tidak menghasilkan toksin dan mampu menghasilkan asam laktat
(Purwoko dan Pamudyanti, 2004). Jamur Rhizopus
oryzae mempunyai kemampuan mengurai lemak kompleks menjadi
trigliserida dan asam amino (Septiani, 2004). Selain itu jamur Rhizopus oryzae mampu
menghasilkan protease (Margiono, 1992). Menurut Sorenson dan Hesseltine (1986),
Rhizopus sp
tumbuh baik pada kisaran pH 3,4-6.
Pada
penelitian semakin lama waktu fermentasi, pH tempe semakin meningkat sampai pH
8,4, sehinggajamur semakin menurun karena pH tinggi kurang sesuai untuk
pertumbuhan jamur. Secara umum jamur juga membutuhkan air untuk pertumbuhannya,
tetapi kebutuhan air jamur lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Selain pH
dan kadar air yang kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur, jumlah nutrien dalam
bahan, juga dibutuhkan oleh jamur. ( Anonymous,2010 )
2.
Pembuatan
Tempe
Pada
dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur
Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh
ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih
lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih
sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan
dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe
terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah
protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana
yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak,
dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan
dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
3. Produksi tempe agar tahan lama
Untuk tahan
lama, tempe yang misalnya akan menjadi produk ekspor dapat di bekukan dan
dikirim ke luar negeri di dalam peti kemas pendingin. Proses membekukan tempu
untuk ekspor sbb : mula-mula tempe di iris-iris setebal 2 – 3 cm dan di
blanching direndam dalam air mendidih selama lima menit untuk mengaktifkan
kapang dan enzim. Kemudian tempe di bungkus dengan plastik selofan dan di
bekukan pada suhu 40 derajat Celcius sekitar 6 jam. Setelah beku disimpan pada
suhu beku sekitar 20 derajat celcius selama 100 hari tanpa mengalami perubahan
sifat penampak warna, bau dan rasa.
4. Pengawetan Tempe
Agar tempe yang ditelah jadi dapat bertahan lama tempe haruslah
diawetkan. Adapun cara untuk mengawetkan tempe yaitu :
1. Pengeringan Tempe
Pengeringan
adalah suatu proses menghilangkan sebagian air dari suatu bahan.Tujuan utama
pengeringan adalah menurunkan aktivitas air (a) sampai pada tingkat tertentu,
sehingga aktivitas mikroorganisma dan reaksi kimia serta biokimia yang terjadi
ditekan seminimal mungkin sampai produk menjadi lebih awet.
Tempe dapat
diawetkan dengan cara pengeringan menggunakan alat pengering (oven). Tempe yang
akan dikeringkan mula-mula diiris-iris setebal 2,5 cm, kemudian dikukus pada
suhu 1000C selama 10 menit. Pengukusan ini penting, karena menurut hasil
penelitian Hermana et al. (1972) produk tempe kering yang dihasilkan tanpa
perlakuan pengukusan ternyata mempunyai rasa pahit. Kemudian tempe dikeringkan
dengan oven pada suhu 70oC selama 6 – 10 jam.
Hasil akhir merupakan tempe kering yang mempunyai kadar air 4 – 8 persen. Tingkat kadar air yang rendah ini memungkinkah tempe dapat disimpan pada suhu kamar (dengan cara dibungkus plastik) selama berbulanbulan tanpa terjadi perubahan warna dan citarasa (flavor). Jika akan dipakai, tempe kering tersebut harus direkonstitusi dengan cara perendaman menggunakan air panas (90 – 1000C) selama 5 – 10 menit.
Hasil akhir merupakan tempe kering yang mempunyai kadar air 4 – 8 persen. Tingkat kadar air yang rendah ini memungkinkah tempe dapat disimpan pada suhu kamar (dengan cara dibungkus plastik) selama berbulanbulan tanpa terjadi perubahan warna dan citarasa (flavor). Jika akan dipakai, tempe kering tersebut harus direkonstitusi dengan cara perendaman menggunakan air panas (90 – 1000C) selama 5 – 10 menit.
2.
Pembekuan Tempe
Mula-mula
tempe diiris-iris setebal 2 – 3 cm dan diblancing dengan merendam dalam air
mendidih selama 5 menit untuk menginaktifkan kapang, enzim proteolitik dan
enzim lipolitik. Kemudian tempe dibungkus dengan plastik selofan dan dibekukan
pada suhu -24 sampai -400C. Setelah beku tempe dapat disimpan pada suhu beku
selama 100 hari tanpa mengalami perubahan sifat-sifat organoleptik (penampakan,
warna, bau dan rasa).
3. Pengalengan Tempe
Pengalengan
makanan adalah suatu prose pengawetan makanan dengan mengepak bahan makanan
tersebut di dalam wadah gelas atau kaleng yang dapat ditutup secara hermetis
sehingga kedap udara, dipanaskan sampai suhu yang cukup untuk menghancurkan
mikroorganisme pembusuk dan patogen di dalam bahan, kemudian didinginkan dengan
cepat untuk mencegah terjadinya over cooking dari bahan makanan serta
menghindari aktifnya kembali bakteri tahan panas (thermofilik). Selama proses
pengalengan diusahakan agar pemanasan yang diberikan tidak mengakibatkan
kerusakan nilai gizi pangan yang dikalengkan.
· Persiapan Bahan
Mula-mula
tempe diiris-iris setebal 2 – 3 cm dengan panjang sebesar 2/3 panjang
kaleng/gelas jar dan diblancing dengan cara merendamkannya dalam air mendidih
selama 5 menit untuk menginaktifkan kapang enzim kapang enzim proteolitik dan
enzim lipolitik.
·Pengisian (filling)
1. Masukkan
potongan-potongan tempe ke dalam kaleng atau gelas jar sampai batas 0,25 inci
dari permukaan kaleng atau 0,5 inci jika digunakan gelas jar.
2. Tambahkan larutan garam
2 persen dalam keadaan panas sampai batas 0,25 inci dari permukaan baik kaleng
maupun gelas jar. Larutan garam yang digunakan harus bersih yang dapat
dilakukan dengan cara penyaringan.
·Exhausting dan Penutupan
Kaleng atau
gelas yang telah diisi tersebut di exhaust dengan cara memanaskan di dalam water
bath sampai 2/3 bagian gelas jar atau kaleng terendam dan dibiarkan sampai
mencapai suhu 160oF selama 5 – 10 menit. Kemudian kaleng atau gelas jar
cepat-cepat ditutup dengan menggunakan alat double-seamer. Jangan membiarkan
kaleng atau gelas jar menjadi dingin sebelum processing.
·Processing
Masukkan kaleng atau gelas jar yang sudah ditutup tersebut ke dalam retort (otoklaf) kemudian disterilisasi pada suhu 240oF selama 30 menit untuk kaleng dan 35 menit untuk gelas jar.
Masukkan kaleng atau gelas jar yang sudah ditutup tersebut ke dalam retort (otoklaf) kemudian disterilisasi pada suhu 240oF selama 30 menit untuk kaleng dan 35 menit untuk gelas jar.
·Pendinginan
Dinginkan dengan segera kaleng yang sudah disterilisasi tersebut dalam air mengalir sampai kira-kira mencapai suhu 1000C. Untuk gelas jar, pendinginannya dilakukan dengan membiarkan di udara terbuka. Kemudian kaleng dikeringkan dengan lap bersih dan disimpan (Santoso, 2005).
Dinginkan dengan segera kaleng yang sudah disterilisasi tersebut dalam air mengalir sampai kira-kira mencapai suhu 1000C. Untuk gelas jar, pendinginannya dilakukan dengan membiarkan di udara terbuka. Kemudian kaleng dikeringkan dengan lap bersih dan disimpan (Santoso, 2005).
B. Proses
Pembuatan Tempe
1. Alat dan Bahan
a. Alat :
Ø Baskom
Ø Saringan
Ø Dandang
Ø Kipas angin/kipas
Ø Sotel kayu
Ø Tampah
Ø Kompor
Ø Peralatan lain yang
diperlukan
b. Bahan :
Ø Kacang kedelai
Ø Ragi tempe
Ø Kantong plastic, atau
daun pisang atau daun jati
2. Langkah Kerja
a. Cucilah tampah, ayakan,
kipas angin dan cukil yang akan digunakan, kemudian keringkan.
b. Bersihkan kacang kedelai
dari bahan-bahan lain yang tercampur,
kemudian cuci hingga bersih.
c. Rendam kacang kedelai
yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan air dingin biasa (proses
hidrasi agar biji kedelai dapat menyerap air sebanyak mungkin)
d. Lepaskan kulit biji
kedelai yang telah lunak kemudian, cuci atau bilas dengan menggunakan air
bersih
e. Kukus / rebus biji
kedelai tersebut sampai empuk.
f. Setelah biji kedelai tersa empuk, tuangkan
biji-biji tersebut pada tampah yang telah dibersihkan, lalu diangin angin
dengan kipas/kipas angin sambil di aduk hingga biji-biji tersebut terasa
hangat.
g. Taburkan ragi tempe yang
telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil siaduk-duk supaya merata (1,5 gram
ragi tempe untuk 2 kg kedelai).
h. Siapkan daun pisang atau
kantong plasik atau daun jati untuk membungkus. Bila kantong plastic yang
digunakan sebagai pembungkus, berilah lubang-lubang kecil pada kantong tersebut
dengan menggunakan lidi atau garpu.
i. Masukkan kedelai yang
telah diberi ragi tempe (RAPRIMA) kedalam pembungkus, atur ketebalannya sesuai
dengan selera.
j. Proses fermentasi kacang
kedelai ini pada suhu kamar selama satu atau dua hari atau hingga seluruh
permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.
Catatan :
1. Perhatikan kebersihan
tempat kerja dan kebersihan peralatan kerja akan meningkatkan kualitas tempe
yang dihasilkan.
2. Suhu ruang yang lebih
hangat mempercepat proses fermentasi jamur pada tempe.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pada
dasarnya proses pembuatan tempe merupakan proses penanaman mikroba jenis jamur
Rhizopus sp pada media kedelai, sehingga terjadi proses fermentasi kedelai oleh
ragi tersebut. Hasil fermentasi menyebabkan tekstur kedelai menjadi lebih
lunak, terurainya protein yang terkandung dalam kedelai menjadi lebih
sederhana, sehingga mempunyai daya cerna lebih baik dibandingkan produk pangan
dari kedelai yang tidak melalui proses fermentasi.
Tempe
terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah
protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana
yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahankimia pada protein, lemak,
dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan
dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare.
Untuk tahan
lama, tempe yang misalnya akan menjadi produk ekspor dapat di bekukan dan
dikirim ke luar negeri di dalam peti kemas pendingin. Proses membekukan tempu
untuk ekspor sbb : mula-mula tempe di iris-iris setebal 2 – 3 cm dan di
blanching direndam dalam air mendidih selama lima menit untuk mengaktifkan
kapang dan enzim. Kemudian tempe di bungkus dengan plastik selofan dan di
bekukan pada suhu 40 derajat Celcius sekitar 6 jam. Setelah beku disimpan pada
suhu beku sekitar 20 derajat celcius selama 100 hari tanpa mengalami perubahan
sifat penampak warna, bau dan rasa.
B. Saran
Sebaiknya
dalam melakukan percobaan dan penelitian melakukan secara serius dan cermat
serta selalu mempertimbangkan dari kebersihannya.
Dalam
melakukan percobaan sebaiknya tetap dalam pengawasan guru pembimbing, agar
hasilnya sesuai dengan apa yang kita harapkan.